Untuk sebagian orang –mereka mungkin menganggap hal ini tidak penting dan buang-buang waktu. Aneh. Mengingat mantan. Mengenang masa dimana kita pernah mencecap romantika bersama seseorang yang dulu pernah mengaitkan jemarinya dengan jemari kita. Seperti membuka peti yang telah kita tutup rapat-rapat dan di dalamnya berisi benda-benda magis yang membuat sel-sel pada serebrum kita diributkan dengan serpihan-serpihan kenangan yang perlahan lindap tergilas waktu.

Barangkali kita bisa duduk sejenak di dalam kamar dengan secangkir teh hangat. Sekedar mengenang yang telah lewat. Menyaksikan kembali sebuah fragmen tentang masa lalu yang kita habiskan dengan seseorang yang dulu lalu-lalang dalam hari-hari kita. Dengan beberapa lagu penghantar yang kita masukkan dalam sebuah playlist. Untuk saya, lagu-lagu penghantar tersebut adalah:

1. Compromised Ego – Remembering All The Kisses
Sebelum terkenal pada ajang pencarian bakat, Isa Raja lebih dulu dikenal sebagai vokalis Compromised Ego dengan nama Inong Loebis. Dan berhasil menelurkan sebuah mini album berjudul A Beautiful Mess. Remembering All The Kisses adalah salah satu lagu pamungkas dalam mini album perdana mereka. Pun liriknya yang mewakili perasaan pedih kala mengingat seseorang yang memilih untuk tak menyamakan langkahnya lagi dengan kita.
I grab my coat and I walk my feet
In to the night, wishing you were there
2. Pure Saturday – Sajak Melawan Waktu
Ada perasaan kosong ketika kita ditinggal atau meninggalkan seseorang. Terbiasa melewatkan hari bersama lantas semua lenyap begitu saja. Sepedih apapun perasaan ditinggal atau meninggalkan, waktu akan terus menuntun kita maju. Melalui Sajak Melawan Waktu, grup musik indie pop asal Bandung ini menemani kita menyusuri lorong gelap dengan tangan terus meraba dinding yang penuh dengan gambar yang dulu kita lukis bersamanya.

Read More ...


Cing,
mungkin kau bisa membayangkan bagaimana ekspresiku kala senja telah bersiap pulang ke peraduannya saat itu, di beranda rumah aku menghabiskan sore dengan ibuku dan teman karibnya —yang sekarang aku menyebutnya calon mertuamu. Aku tengah menimang cucu calon mertuamu ketika tiba-tiba ibuku bilang, "Bobby sama Titis mau tunangan loh, El." Aku terperangah barang sejenak, menoleh ke arah ibuku dengan tatapan tidak percaya. Tentu saja karena aku anaknya, ibuku bisa mengartikan maksud tatapanku, sekali lagi, "iya, nggak percaya kan? Tanya aja ke *menyebut calon mertuamu*" sambil berpaling ke arah calon mertuamu untuk menyakinkan aku. Dan calon mertuamu itu tersenyum.

*****

Cing,
aku akan sedikit mengingatkanmu tentang awal perjumpaan kita. Kala itu, kita yang masih bocah ingusan dan sama-sama belajar mengaji di TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur'an) yang sama, secara tidak langsung aku mengenalmu dari sepupumu yang saat itu adalah teman karibku, satu diniyah denganku. Melihat dari penampilanmu, aku membatin, "pasti dia anak urakan." Kau yang mengaji dengan pakaian casual tidak dengan busana muslim seperti selayaknya anak TPQ. Aku bahkan sempat meremehkanmu, pun karena diniyahmu terpaut satu tingkat dibawahku meskipun kita seumuran. Ah, tapi toh akhirnya kita diwisuda secara bersamaan.

Read More ...



Disklemer; bukan review gigs, juga bukan review sebuah acara.


Minggu, 24 Maret 2013, saya melewatkan Sunday Market yang diadakan di Surabaya Town Square (SUTOS). Flea market konseptual terbesar di Surabaya ini mengkombinasikan 4 elemen: fashion, musik, seni dan kuliner. Ada perasaan menyesal telah melewatkan acara yang baru dua kali digelar di Surabaya ini. Alasannya adalah Polyester Embassy. Iya, sudah lama saya menantikan band asal Bandung yang beraliran Electronic Rock Experimental ini. Bahkan, salah satu judul lagu mereka di album Tragicomedy yang membuat saya menamai URL blog ini dengan Polypanic Room(s), the most my favorite song of Tragicomedy.

Saya galau, saya murung karena tidak bisa datang, kemudian saya ngetwit tentang penyesalah telah melewatkan Polyester Embassy malam itu sampai tiba-tiba masuk sebuah mention dari salah seorang teman dengan tweet kurang lebih bilang seperti ini, "nanti dilunasin The Milo 5 April." Buat saya tidak ada pelunasan. Tidak ada yang bisa menggantikan antara yang satu dengan satu yang lainnya. Dua band tersebut punya tempat masing-masing di hati saya. *yaelah, udah kayak pacar aja*.

Baiklah, lupakan penyesalan tentang PE. Jelang 2 hari sebelum hari H The Milo datang ke Surabaya, saya stalking timeline @themiloband. Dan benar saja, mereka ada jadwal main di Ide Art 2013 yang notabene acara karya mahasiswa Desain Produk Industri (DESPRO) ITS. Esoknya saya menghubungi Onne, teman akrab saya dari SMA yang kuliah di ITS dan menanyakan tentang acara tersebut. Singkat cerita saya mengajak Onne untuk menemani saya datang ke acara tersebut.

Read More ...


Katanya, Tuhan ada di linimasa,
barangkali di tab mention kau bisa bercengkrama denganNya.

Katanya, Tuhan ada di linimasa,
barangkali melalui DM kau bisa mengadu tentang rahasia.

Katanya, Tuhan ada di linimasa,
barangkali kau hanya perlu mengintip timelineNya untuk tahu apa yang sedang terjadi pada semesta.

Ah, tentu saja Tuhan ada dimana-mana,
lantas kau hanya merasa perlu berkeluh kesah di linimasa,
kemudian rapalan doa pada sujud hanyalah banalitas belaka.



Aku tidak punya kenangan khusus dengan Bapak. Beliau seperti bapak kebanyakan (mungkin), tidak terlalu dekat dengan anak-anaknya. Tapi Bapak selalu mengajarkan dan menanamkan sikap tegas kepada anak-anaknya, terlebih mengenai sholat 5 waktu. Bapak tidah pernah tolerir untuk urusan yang satu ini. Bahkan tidak segan memukul jika kedapatan anak-anaknya meninggalkan sholat. Aku punya cerita untuk yang satu ini.

*****

Di satu pagi yang basah karena hujan mengguyur semalaman, aku baru bisa memejamkan mataku tepat 5 menit sebelum azan Shubuh berkumandang. Seperti biasa, dengan headset di kuping memutar kidung pengantar tidur dengan volume yang tidak bisa dibilang pelan. Konserto No. 1 pada E major, Op. 8, RV 269, "La primavera", salah satu set dari 4 konserto Four Seasons milik pendeta sekaligus komponis musik barok dari Italia, Antonio Lucio Vivaldi, yang Shubuh itu tengah membuai telingaku memasuki alam bawah sadar. Tak lama setelahnya, aku seperti bermimpi Bapak berteriak-teriak memanggilku. Aku bergeming, lamat-lamat suaranya lindap diantara gesekan biola sang maestro yang sedang memainkan bagian Largo.

Read More ...


Well, saya sedang dalam pikiran kacau saat ini. Terngiang-ngiang kejadian tadi sore yang menimpa saya, yang membuat saya mengalami traumatis dengan angkot di Surabaya. Nyaris! Bagaimana tidak? Ini kali kedua saya hampir kecopetan. Setelah yang pertama memang benar-benar kecopetan, dengan modus gendam.

Sore tadi, sekitar pukul 4 sore, saya berangkat dari rumah menuju tempat pemberhentian angkot seperti biasanya. Saya hendak ke rumah teman, dalam rangka meminta bantuan untuk skripsi saya. Mulanya saya sempat tak yakin masih ada angkot yang lewat jam segitu, karena memang saya belum pernah naik angkot (untuk berangkat) sesore itu. Tapi demi skripsi, ah, sudahlah...

Angkot datang setelah menunggu 5 menit. Saya lihat tempat duduk depan (sebelah sopir) kosong, hendak melangkah membuka pintu depan, urung. Saya menginjakkan kaki ke pintu belakang, memilih duduk di pojok, bangku panjang. Hanya ada 3 penumpang beserta saya.
Di tengah jalan beberapa penumpang naik dan turun, hingga akhirnya sebelum mencapai terminal (pemberhentian akhir) penumpang terakhir hanya menyisakan saya. Sampai ada mas mas yang naik, duduk di depan saya, di bangku pendek dan sempat ngobrol sebentar dengan sopir angkot tersebut.

Beberapa meter sebelum angkot sampai di terminal, saya menggeser duduk agak maju mendekati pintu, dengan posisi duduk miring —karena saya menyandang ransel di belakang, jadi saya duduk menghadap ke depan (arah sopir) dengan posisi miring. Tiba-tiba si mas mas itu pindah duduk di sebelah saya (berarti di belakang saya, karena saya menghadap ke depan). Tidak curiga awalnya, sebelum saya melirik ke samping sekilas dan seperti melihat tangan mas mas itu seperti mengarah ke depan, memegang ransel saya. Kemudian saya terus menghadap ke samping, si mas mas terlihat tenang. Saya menghadap ke depan lagi dan merasa mas mas ini beneran megang ransel saya, saya menoleh ke belakang dan eng ing eng...

Read More ...


Sebelum pembaca postingan ini menyimpulkan, akan saya luruskan terlebih dahulu, bahwa postingan ini bukan untuk mereview sebuah gigs. Bukan. Saya juga nggak tahu mengkategorikannya sebagai apa.

Sabtu, 19 Januari 2012. Produk apparel ternama yang pusatnya berada di Bandung, hari itu cabangnya yang di Surabaya berpindah tempat. Setelah sebelumnya bertempat di Jl. Bengawan 6, Surabaya. Kemudian dipindahkan ke Jl. Slamet 11 Surabaya. Adalah Ouval Research, launching distro baru tersebut diusung dalam topik New Exhibition Room #4 dengan atmosfir yang lebih fresh dari distro sebelumnya. Launching tersebut dikemas dalam bentuk gigs, yang diisi oleh performance Pure Saturday, The Milo, D'Ubz dan Zorv (Surabaya).

Ketika mendengar kabar tersebut saya antusias ingin mendatangi acara tersebut. Satu minggu sebelumnya, saya menghubungi Rijal, teman saya yang notabene selera musik kami sama. Tapi, karena Rijal sudah harus kembali ke Jakarta pada hari tersebut, jadilah saya termenung memikirkan akan mengajak siapa. Yang jelas, saya tidak ingin mengulang hal yang sama seperti ketika nonton Efek Rumah Kaca dalam acara Campus Edutainment yang diselenggarakan oleh L.A. Light, 2 tahun lalu. Kala itu, karena tidak punya teman yang sama-sama suka musik Indie, saya harus mengajak 2 teman saya yang bahkan tidak mengenal siapa itu ERK, dan demi itu, mereka baru mau berangkat jika saya membelikan eskrim yang iklannya sering muncul di TV. Cih. Licik!

Read More ...


Apa yang ada di otak kalian jika mendengar kata Valentine? Pacar, coklat, bunga, dinner, semua yang serba coklat, yang serba pink, yang serba merah. Cih. Apa pula itu? Kalau yang serba merah saya setuju karena saya suka dengan merah. Terlepas dari agama yang saya anut telah melarang perayaan Valentine, bahkan mengecamnya, toh nggak sedikit pasangan muda-mudi yang tengah dimabuk asmara dengan gencarnya sibuk menyiapkan tetek bengek untuk merayakan Valentine dengan pacarnya. Sungguh nista. Sungguh mereka tidak ber-perikejomblo-an.

Sedangkan bagaimana dengan nasib jomblowan-jomblowati di hari-serba-pink itu? Dimanakah mereka bersembunyi ketika jalanan dan tempat-tempat hiburan dipenuhi oleh pasangan muda-mudi yang gegap gempita merayakan Valentine? Tentu saja, mereka tetap berpijak di bumi manusia, melakukan rutinitas hariannya seperti biasa. Terganggu? Ah, sama sekali tidak. Mungkin juga ada yang iya. Tapi, tapi, peduli setan kalau ada yang nyinyir, "Ih, kesian. Jomblo ya? Ke laut sana!" atau "Hahaha. Udah sih ngendon di kolong aja, daripada gigit jari ngeliatin yang lagi Valentine-an." Hina sekali mereka yang nyinyir seperti itu. Nampaknya mereka belum pernah ngerasain digetok pake palunya Thor. Hmmm...

Dear, joms-joms di Indonesia. Tidak perlu meratapi status kita. Apa salahnya menjadi jomblo? Toh menyandang status jomblo juga nggak bikin kita jadi melarat atau ke-kece-an kita jadi berkurang sekian persen kan? Justru menjadi jomblo banyak faedahnya, banyak hikmah yang bisa kita petik, banyak pahala pula. Seperti yang dikatakan oleh teman saya, "jika pacaran haram, maka jomblo memiliki kesempatan lebih besar untuk masuk surga." ―semakin lama jomblo, semakin besar pahala yang kita dapatkan. Boleh diamini, boleh tidak.

Read More ...


Jangan ngaku pecinta makanan pedas kalau belum pernah nyobain nasi goreng yang satu ini.


Nasi goreng jancuk. Jancuk yang kalau di Surabaya lebih sering diomongkan dengan jancok, adalah umpatan khas Surabaya. Dan nasi goreng ini menyandang nama jancuk karena rasanya yang super pedas, dan bisa jadi ketika memakannya kita akan mengumpat, "jancuk! pedes, cuk!"

Read More ...


Postingan ini bermula dari tweet berikut:



Andri, makhluk purba dari antah berantah dengan tweetnya tersebut sukses membuat saya tadi malam menggebu-gebu streaming video dan ngubek-ngubek Soundcloud demi lagu anak-anak era 90'an.

Saya kangen masa-masa dimana Trio Kwek-Kwek, Saskia dan Giofanny, Cindy Cenora, Chikita Meidy, Joshua, Tasya dan artis-artis cilik lainnya yang setiap weekend muncul di acara musik anak-anak. Dulu, saya nggak pernah ketinggalan nongkrong di depan TV nonton Ciluk Ba yang dipandu oleh Maissy atau Tralala Tralili yang dipandu oleh Agnes Monica. 2 acara tersebut mungkin kalo jaman sekarang sama hebohnya dengan acara musik pagi di TV. Bedanya, 2 acara musik anak-anak tersebut nggak perlu ngeboyong warga sekampung buat joget cuci-jemur-setrika. Dan tentu saja dulu saya juga punya lagu anak-anak favorit yang rajin saya putar di tape bapuk kesayangan sebelum berangkat atau sepulang sekolah. Langsung saja, cekidot!

Read More ...


I want you to know,

with everything I won't let this go.
These words are my heart and soul.
I'll hold on to this moment, you know,
as I bleed my heart out to show,
and I won't let go.

Lagu itu. With Me milik Sum 41. Lagu yang belum pernah kamu dengar. Lagu yang asing di telingamu. Aku menyanyikannya di 6 bulan masa jadi kita. Di beranda kontrakanmu, lewat malam, dengan genjrengan gitar. Kamu tersenyum sumringah. Menahan tawa demi suara cemprengku.

"Lagunya siapa?" kamu bertanya setelah aku selesai dengan nyanyianku.

Read More ...


"Kamu gimana sekarang? Sama siapa?"

"Aku baik. Sekarang lagi sama guling. Hahaha."
"Serius, Nyuk. Tumben betah lama-lama ngejomblo?"
"Lama-lama ngejomblo? Baru 3 bulan ini. Masih bentar, ah."
"Perasaan itu udah lama deh. Biasanya kamu kan cepet MOVE ON."

Oke, cukup. Obrolan di atas adalah percakapan saya dengan Rani, teman akrab saya dari SMP, beberapa hari lalu melalui pesan singkat. Dia tahu, 3 bulan yang lalu saya mengadu terisak tentang perpisahan dan resmi kembali menjalani rutinitas sendiri.
Ada ucapannya yang membuat saya mengernyit, tentang move on dan "lama menjomblo". Teman saya ini, sepertinya melabeli move on dengan "telah menemukan seseorang yang baru". Tidak, saya tidak sependapat dengan pemahamannya tersebut. Umm...

Read More ...


Tulisan ini harusnya sudah saya posting 3 minggu yang lalu. Tapi saya baru berkesempatan melanjutkan postingan ini setelah lama menunggu kiriman foto dari Meme. Dan demi misi mengikuti event menulis yang diadakan oleh @birokreasi, #7HariMenulis. Ah, langsung saja.

******

"Kalo minggu depan Semeru siap nggak kamu?"

Adalah pesan singkat dari Meme kala tengah malam itu yang membuat saya terlonjak dari tidur setelah membacanya sekilas. Lantas dengan cepat mengetik balasan, "SIAAAAPP!!"

Semeru? Duh, ini penantian saya selama 3 tahun yang sedari dulu cuma jadi wacana dan akhirnya kali ini, bak gayung bersambut. Dan tentu saja, antusias ini bukan gegara termakan euforia 5 Cm. BUKAN! Ini impian dari dulu sebelum saya mengenal 5 Cm, jauh. Saya tidak akan menyia-nyiakan tawaran tersebut, meskipun harus dengan pengorbanan menunda mengurus berkas-berkas TA yang harusnya diselesaikan minggu itu juga (yang akhirnya sampai tulisan ini diposting masih belum terurus juga).

Rabu, 26 Desember 2012
Berbekal carrier, matras dan sleeping bag yang serba pinjaman. Rabu pagi saya berangkat sendiri dari Surabaya menuju Malang dengan menumpang bus antar kota. Sesampainya di terminal Arjosari dengan dijemput Rijal, kami menuju kost Faruq yang akan menjadi tempat kumpul kami untuk mempersiapkan semua kebutuhan dan peralatan mendaki. Malamnya, setelah belanja logistik dan menyewa tenda, kami mengepack barang bawaan dan menyusun rundown, dimana kami merencanakan pendakian ini akan berlangsung selama 4 hari, 27 Desember - 30 Desember.

Read More ...


Kalau ada kesempatan untuk membenci, adalah kamu, yang pertama dalam daftar urutan "Orang Yang Layak Dibenci".
Jangan tanya apa alasannya, kamu cukup tau itu, pun mungkin semesta juga mengetahuinya — aku menginginkan kamu enyah dari hadapanku. Atau, melemparmu ke galaksi lain. Sayangnya, kamu masih duduk termenung di otak kananku — menjadi imajinasi. Setelah dengan sukses kamu mengitariku, berlari ke sudut otak kiriku — logis dan linier. Kemudian kamu bersemayam dalam hatiku — bermain-main dengan perasaan. Bahkan sedikitpun kamu tak memberiku kesempatan mengambil jarak. Seperti kamu tertawa puas, "Hahaha. Kamu nggak akan bisa lepas dari aku."
Biadab!

Read More ...


Amelia. Powered by Blogger.