Kalau ada kesempatan untuk membenci, adalah kamu, yang pertama dalam daftar urutan "Orang Yang Layak Dibenci".
Jangan tanya apa alasannya, kamu cukup tau itu, pun mungkin semesta juga mengetahuinya — aku menginginkan kamu enyah dari hadapanku. Atau, melemparmu ke galaksi lain. Sayangnya, kamu masih duduk termenung di otak kananku — menjadi imajinasi. Setelah dengan sukses kamu mengitariku, berlari ke sudut otak kiriku — logis dan linier. Kemudian kamu bersemayam dalam hatiku — bermain-main dengan perasaan. Bahkan sedikitpun kamu tak memberiku kesempatan mengambil jarak. Seperti kamu tertawa puas, "Hahaha. Kamu nggak akan bisa lepas dari aku."
Biadab!


Atau mungkin dia, yang pantas dijadikan alasan untuk membenci.
Kita pun tau alasannya. Bahkan musim sanggup memberikan pertanda tentang apa yang akan terjadi sekarang. Tapi toh aku tak jauh mengenalnya, bukan? Mungkin dia adalah sebab dari duka yang mengungkung selama ini. Dia, bayangan yang terus mengikutimu, yang pada satu ketika kamu menyadarinya dan kamu berlari mengejarnya. Sedangkan aku? Aku dalam diam menatap punggungmu yang kian menjauh, tergugu.
Rapuh!

Tapi bukan dia, bukan juga kamu. Aku menyebutnya semak belukar yang terus membelit, membuat pemahaman menjadi semakin rumit. Dalam sunyi yang mendekap, tubuh menggigil dan bergetar hebat, pada malam yang senyap, aku tergagap, mengeja kita —aku, kamu dan dia. Menerjemahkan dengan gumaman. Sementara spasi semakin menjauhkan kita, kamu terus menyambung huruf dengannya.

Tapi bukan kamu, bukan juga dia. Aku menganggapnya lumpur hidup yang dalam sekejap menenggelamkan kita. Pada teriakan keras dalam otak, bulir yang dengan riangnya mengintip di pelupuk, isakan yang tercekat di tenggorokan, aku kehilangan kata. Aku harus menyalahkan siapa? Kesempatan membenci itu apakah ada? Sebelum dibalut duka, dihisap perih, dihujam amarah, aku tetap membiarkan diriku berkubang dalam lumpur sampah. Ya, adalah aku sendiri, kesempatan membenci itu.


3 Comments

  1. Ini bukan lagi membalas tulisanku kan? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha. Bukan. Tapi ngebaca tulisanmu, aku seperti berkaca. :D

      Delete
    2. good then. padahal aku aja bingung baca tulisanku sendiri maksudnya apa :P

      Delete

Amelia. Powered by Blogger.