Sebelum pembaca postingan ini menyimpulkan, akan saya luruskan terlebih dahulu, bahwa postingan ini bukan untuk mereview sebuah gigs. Bukan. Saya juga nggak tahu mengkategorikannya sebagai apa.

Sabtu, 19 Januari 2012. Produk apparel ternama yang pusatnya berada di Bandung, hari itu cabangnya yang di Surabaya berpindah tempat. Setelah sebelumnya bertempat di Jl. Bengawan 6, Surabaya. Kemudian dipindahkan ke Jl. Slamet 11 Surabaya. Adalah Ouval Research, launching distro baru tersebut diusung dalam topik New Exhibition Room #4 dengan atmosfir yang lebih fresh dari distro sebelumnya. Launching tersebut dikemas dalam bentuk gigs, yang diisi oleh performance Pure Saturday, The Milo, D'Ubz dan Zorv (Surabaya).

Ketika mendengar kabar tersebut saya antusias ingin mendatangi acara tersebut. Satu minggu sebelumnya, saya menghubungi Rijal, teman saya yang notabene selera musik kami sama. Tapi, karena Rijal sudah harus kembali ke Jakarta pada hari tersebut, jadilah saya termenung memikirkan akan mengajak siapa. Yang jelas, saya tidak ingin mengulang hal yang sama seperti ketika nonton Efek Rumah Kaca dalam acara Campus Edutainment yang diselenggarakan oleh L.A. Light, 2 tahun lalu. Kala itu, karena tidak punya teman yang sama-sama suka musik Indie, saya harus mengajak 2 teman saya yang bahkan tidak mengenal siapa itu ERK, dan demi itu, mereka baru mau berangkat jika saya membelikan eskrim yang iklannya sering muncul di TV. Cih. Licik!


Sampai pada akhirnya ada salah seorang teman, Ayox namanya, menawari saya untuk berangkat bareng ke acara gigs ini. Puji Tuhan, selalu ada jalan untuk orang kesusahan tapi punya niat. Hahaha. Saya dan Ayox menyusun rencana ketemuan di Circle K dekat rumah saya (karena Ayox tidak tahu rumah saya).

Lepas maghrib, saya menuju Circle K dan Ayox sudah menunggu di sana. Rencana kami akan berangkat jam 7. Tapi oh ternyata, ketika saya baru menginjakkan kaki di pelataran CK, hujan deras mengguyur. Kita memutuskan menunggu hujan reda, barangkali sejam lagi hujannya reda, pikir kami. Sampai pukul setengah 9 ternyata hujan tak kunjung reda. Demi Orion, entah apa pasal langit Surabaya malam itu tidak berpihak kepada kami. Akhirnya, kami memutuskan untuk menerobos hujan dengan jas hujan yang cuma ada satu Ayox memacu motor.

Tak cukup di situ, karena kami berdua bukan warga asli Surabaya, jadilah kami tidak tahu di mana itu Jl. Slamet. Yang Ayox tahu, jalan tersebut dekat dengan SMA Komplek. Di tengah hujan yang sudah agak menggerimis, setelah bertanya ke beberapa orang sekitar kami akhirnya tiba di lokasi. Jam 9 kurang. Baju lumayan basah. Tak apalah

Setelah memarkir motor di parkiran yang sudah cukup penuh, saya terbengong-bengong. Loh, ini panggungnya di depan basah-basahan. Mana The Milo? Mana Pure Saturday? Sebelum akhirnya terdengar suara riuh rendah penonton dari dalam. Saya dan Ayox langsung merangsek menuju ruang belakang distro RSCH, tempat di mana The Milo sudah perform beberapa menit yang lalu. Iya, beberapa menit yang lalu. Kami telat lumayan lama ternyata. Stage dipindahkan di ruangan tersebut, ruangan yang cukup mini untuk ukuran gigs, stage yang seharusnya disiapkan di depan, urung, karena hujan.

Di ruangan tersebut penonton berdesakan, ruangan terasa pengap —karena hujan dan gerah karena berdesak-desakan. Saya berdiri di barisan paling belakang, dengan pandangan tertutup mas-mas yang sudah berdiri dari tadi, membuat saya tak bisa melihat ke stage. Sementara Kang Ajie, vokalis The Milo, mulai menyanyikan Daun dan Ranting Menuju Surga. Ah, lagu favorit. Saya sempat bertanya ke mas-mas sebelah, dan ternyata lagu itu sudah lagu ketiga. Sial! Pikir saya, sembari menikmati lantunan lagu tersebut, sesekali melongok mencari celah untuk bisa melihat ke stage. Tetap terhalang.

Selesai Daun dan Ranting Menuju Surga, Ayox memaksa saya untuk terus merangsek barisan ke depan. Maklum, tubuh saya cukup mungil untuk bisa mencari celah. Namun, mas-mas di depan rasanya tak ingin beranjak barang selangkah atau memberi saya celah. Lagu keempat, Kang Ajie bilang ini lagu terakhir. Duh, cuma dapet 2 lagu nih ceritanya. Umpat saya. Beberapa penonton meneriakkan, request Don't Worry For Being Alone. Tapi ternyata intro For All The Dreams That Wings Could Fly yang terdengar. Hmm... Masih lagu favorit nih. Di akhir lagu, Kang Ajie meminta penonton untuk menyerukan "lalala.. lalala.. lalala.." sebelum akhirnya mereka turun dari stage mini.



Kerumunan penonton bubar, banyak yang memutuskan ke luar karena tidak betah dengan gerahnya. Kesempatan, saya dan Ayox langsung merangsek ke depan, duduk bersila di lantai, barisan ke dua persis di depan stage. Personil Pure Saturday mulai datang. Sementara crew mereka mensetting peralatan, dua host memberikan pertanyaan dengan hadiah kaos RSCH. 4 penonton beruntung mendapatkannya.

Bang Iyo menyapa penonton dengan cukup hangat, sempat membagikan dua botol air mineral yang disediakan oleh panitia. Lagu pertama, lagu yang menjadi soundtrack film Catatan Akhir Sekolah. Yapp, Elora. Lagu yang paling saya suka dari mereka. Di sini saya baru menyesal, kenapa tidak membawa kamera pocket. Lupa!

Selesai Elora, Bang Iyo cukup ramah berinteraksi dengan Pure People yang sudah kembali membuat ruangan pengap dan gerah lagi. Spoken. Lagu kedua. Track terakhir dalam album Time For a Change, Time to Move On. Membuat kepala sedikit terangguk-angguk, mengikuti irama goyangan Bang Iyo.

Gerah semakin menjadi, saya lihat para personil Pure Saturday mulai berkeringat. Tetapi tidak mengurangi keintiman di stage mini tersebut. Ya, dengan stage mini itu keuntungannya adalah terasa intimnya interaksi antara Pure Saturday dan para penonton. Lagu ketiga, beberapa meneriakkan Desire, Coklat, Kosong, Awan. Eh, saya ikut meneriakkan Awan. Itu lagu kenangan saya —lagu yang notabene mau tak mau mengingatkan dengan nama mantan. Iya, Awan.

Album Time For a Change, Time to Move On memang album terlaris (bener nggak sih?) dan banyak lagu-lagunya yang menjadi favorit di antara Pure People. Terbukti, lagu ketiga, Band asal Bandung itu memainkan Pathetic Waltz. Karena saya tidak terlalu hapal dengan lagu ini, jadilah saya hanya menatap ke stage, bengong. Sungguh, datang ke acara musik dan kita nggak hapal lagu-lagunya adalah kebegoan yang tidak boleh dipelihara.


Pagi dan Nyala, menjadi lagu yang mereka mainkan berikutnya. Atmosfir "Pure Saturday" dalam stage mini masih belum hilang. Menonton band-band semacam mereka, lagu yang dibawakan saat live memang masih seperti mendengarkan lagu mereka dalam bentuk MP3. Nyaris tak kurang.

Setelah 4 lagu, Bang Iyo mengenalkan D'Ubz, band project yang digarap oleh Mang Ayutingneng (mang.. mang.. emangnya ada tampang mamang mamang?) dari Sonic Torment pada vokal, Ramdan Burgerkill pada gitar, Bang Ade Pure Saturday pada bass, Hendi Unyil The Milo pada keyboard, dan Gebe Homogenic pada drum. Lagu-lagu yang mereka bawakan adalah lagu-lagu coveran. Lagu pertama saya tak mengenalinya. Lagu kedua, Bizzare Love Triangle dari New Order. Keren juga mereka. :D

Setelah perform D'Ubz, Pure Saturday balik lagi. Kali ini, ada yang meneriakkan Desire. Para personil PS mengamini. Lagu ini, salah satu lagu yang dicantumkan dalam novel 5 Cm oleh Donny Dirgantara. Selesai Desire, banyak penonton yang meneriakkan Kosong. Dan intro Coklat-lah yang terdengar. Baju-baju mulai basah, dan badan bercucuran keringat, tapi tidak mengurangi euforia untuk menikmati alunan track kedua dari album yang saya sebutkan di atas.


Kosong, menjadi penutup yang epic malam itu. Meskipun di tengah-tengah bass Bang Ade ada sedikit trouble. Kami, penonton, serempak ikut menyanyikan lagu tersebut. Bang Iyo menutup perjumpaan itu dengan promosi album baru mereka, Grey, yang rilis Mei 2012 kemarin, semoga kami membeli albumnya.

Selesai acara, penonton pun berhamburan ke luar. Hujan di luar sudah reda. Jam 11 kurang. Saya dan Ayox memutuskan untuk langsung pulang. Well, dengan stage yang mini, meskipun gerah dan keringat bercucuran, benar-benar terasa intim. Such as orgasm. What a fabulocking "pure saturday" night. :D



PS: Gambar saya ambil dari official fan-page Pure Saturday.


8 Comments

  1. senangnya yang bisa nonton pure. seumur-umur saya baru 3 kali nonton mereka manggung..

    ReplyDelete
    Replies
    1. 3 kali gabisa dibilang baru jg sih, Mas. Lah, ini malah aku pertama kalinya.

      Delete
  2. Replies
    1. Heh, itu mana tulisan yg katanya diposting Sabtu kemarin? Tukang bokis!

      Delete
  3. enak baca tulisannya. bawaannya pengen nonton jadinya.

    ReplyDelete
  4. Kampret, Knp timingnya gk pas ya gk jd nonton deh akhirnya -___-

    ReplyDelete

Amelia. Powered by Blogger.