Aku seperti memelihara luka, membiarkan rindu dan kecewa bercokol di benak yang sungguh aku
dibuat tersungkur olehnya.
Ketika untaian dari semua doa-doa runtuh, menghujaniku bertubi-tubi tanpa ampun, memaksaku
menenggak air asin yang buncah di sudut mata. Aku bertanya pada detak jam, pada degup jantung, pada helaan napas, kapan cahaya itu datang menjemput? Cahaya yang dijanjikan menyiratkan larik-larik senyum.

Seperti tetes embun, aku kalap di pucuk-pucuk daun dan ranting, bersiap dihabisi cahaya fajar yang menyengat ke seluruh tubuhku.
Padahal aku berharap seolah waktu selalu subuh.
Dimana kutitipkan sejumput rindu demi pilu yang merangsek ke denyut nadi tak beraturan.

Seperti semburat jingga, aku termangu di garis horison, bersiap gelap menenggelamkanku dengan segala senyapnya.
Padahal aku berharap seolah waktu selalu senja.
Dimana kutitipkan seutas harap demi kenangan yang menghujam merobek memori otak.



Amelia.
Sabtu, 10 November 2012 - 11.52 PM


Leave a Reply

Amelia. Powered by Blogger.