Jangan ngaku pecinta makanan pedas kalau belum pernah nyobain nasi goreng yang satu ini.


Nasi goreng jancuk. Jancuk yang kalau di Surabaya lebih sering diomongkan dengan jancok, adalah umpatan khas Surabaya. Dan nasi goreng ini menyandang nama jancuk karena rasanya yang super pedas, dan bisa jadi ketika memakannya kita akan mengumpat, "jancuk! pedes, cuk!"


Nasi goreng jancuk ini diciptakan oleh Chef Eko, Executive Chef sekaligus Food & Beverage Surabaya Plaza Hotel. Cerita mulanya, Chef Eko diminta rekan-rekannya untuk membuat nasi goreng yang tidak biasa. Dalam kondisi cape, Chef Eko menambahkan sambel terasi dan 20 cabe rawit dalam nasi gorengnya. Sambil memasak, Chef Eko melontarkan umpatan khas Surabaya, "Jancuk! aku sek kesel, Rek!" (Jancuk! Aku masih cape!). Nah dari situlah nasi goreng ini diberi nama dengan sebutan nasi goreng jancuk. (hasil googling)

Beberapa bulan silam, saya dan ketiga teman saya pernah menjajal kuliner satu ini. Kami berempat, sepulang kuliah, tanpa direncakan sebelumnya berangkat menuju Restoran Kartini, yang berada di Surabaya Plaza Hotel, tempat di mana ikon nasi goreng ini berada. FYI, restoran ini buka 24 jam.
Setelah tiba di tempat, kami disambut oleh waiters yang kayaknya sudah hapal dengan perangai orang-orang yang datang berempat atau berlima, artinya ingin memesan nasi goreng jancuk. Kami memilih Paket Mbledos (lucu kan namanya?) yang terdiri dari satu porsi nasi goreng jancuk dan satu pitcher es teh. Tunggu, kok cuma satu porsi? Tenang, satu porsi nasi goreng jancuk ini disajikan dalam piring besar (seperti gambar di atas) dan bisa dinikmati oleh 4-5 orang. Harga Paket Mbledos ini 99.000 rupiah/nett. Harga yang nggak santai untuk ukuran kantong mahasiswa, apalagi mahasiswa perantauan. Tetap tenang, dengan harga segitu kita bisa patungan dengan teman-teman kita.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya pesanan kami datang, satu porsi nasi goreng (dan 4 piring) plus satu pitcher es teh manis (dan 4 gelas kecil). Nasi goreng super pedas ini dicampur dengan irisan telur dadar, irisan daging ayam, udang, dan daging kepiting. Tentu saja banyak irisan cabenya juga. Ditambah satu kerupuk udang. Iya, cuma satu biji.
Sebelum mulai memakan nasi goreng, kami sempat bersitatap. Es tehnya cuma segitu? Nggak bisa ditambah lagi? Kita kan mau makan pedes ini. Begitulah kira-kira arti tatapan kami. Ah tapi, yasudahlah. Kami mengambil nasi untuk piring masing-masing.
Suapan pertama. "Ah, biasa. Mana, katanya pedes? Gini doang." Celoteh saya.
Suapan kedua. "Aelah, ini sih cuma panas di lidah doang." Kata salah satu temen saya.
Suapan ketiga. Hehehe. Hihihi. Hahaha. Huh. Hah. Pedasnya mulai berasa. Mata mulai berkaca-kaca.
Suapan keempat. "Jancuk! Iki seh pedes temenan, cuk." (Ini sih pedes beneran). Teman saya mulai mengumpat.
Suapan berikutnya. kami ketawa-ketiwi saking bingungnya merasakan nasi goreng super pedas ini. Dan tangan-tangan kami mulai berebut menuang es teh ke gelas.

Ronde pertama, dua teman saya akhirnya nyerah dengan sisa nasi goreng di piringnya. Sementara saya dan salah satu teman saya masih asyik menikmati kepedesan ini sambil terus menyuapkan ke mulut. Iya, saya dan teman saya yang satu ini memang sama-sama berbadan kurus (nyaris seperti kekurangan gizi) dan sama-sama menyukai makanan pedas, biarpun kurus tapi porsi makan kami biasanya setara kuli (tapi nggak gemuk-gemuk juga). Ronde kedua, nasi goreng di piring besar masih sisa lumayan, tapi es teh di pitcher tinggal satu tuang. Akhirnya saya nyerah, dan tinggal teman saya satu itu yang menghabiskan sisa di piring besar. Dia memang memelihara anaconda di perutnya.

Selesai makan dan membayar, kami pun pulang. Sesampainya di rumah, jangan tanya apa yang akan terjadi setelah itu. Perut mules-mules dan rajin bolak-balik melakukan ritual di dalam WC. Dan sialnya, ritual tersebut masih harus berkelanjutan di esok pagi berikutnya. Bener-bener... pedesnya emang nggak santai.

Untuk yang mengaku pecinta kuliner. Pecinta makanan pedas. Belum sahih kalau belum mencoba makanan satu itu. Kalau ke Surabaya dan nggak nyobain nasi goreng jancuk, duh.. nggak afdol rasanya.


Tabik!



6 Comments

  1. sepertinya makan nasi goreng jancuk, bakal lebih nikmat kalo ditemani mendoan hangat :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh tuh dicoba. Mungkin mendoan bisa sedikit menetralisir rasa pedesnya. :D

      Delete
    2. Kalau untuk menetralisir pedes biasanya orang minum susu manis/tawar mbak amel...^_^

      Delete
  2. itu harganya yang jancuk banget. hahaha..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Etapi harganya segitu bisa dipake buat berempat atau berlima, Mas.

      Delete

Amelia. Powered by Blogger.