I want you to know,

with everything I won't let this go.
These words are my heart and soul.
I'll hold on to this moment, you know,
as I bleed my heart out to show,
and I won't let go.

Lagu itu. With Me milik Sum 41. Lagu yang belum pernah kamu dengar. Lagu yang asing di telingamu. Aku menyanyikannya di 6 bulan masa jadi kita. Di beranda kontrakanmu, lewat malam, dengan genjrengan gitar. Kamu tersenyum sumringah. Menahan tawa demi suara cemprengku.

"Lagunya siapa?" kamu bertanya setelah aku selesai dengan nyanyianku.

*****

Itu kejadian 7 bulan lalu.

Malam ini, ditengah kesibukanku berkutat dengan jurnal bahan skripsi ada sesuatu yang melesat ke ulu hatiku. Kabar tentang bahwa kamu saat ini, baru saja keluar dari salah satu gedung bioskop. Menggandeng mesra perempuan. Perempuan? Adikmu? Bukan. Temanku yang memberi tahu kabar itu memastikan siapa perempuan yang sedang bersamamu. Bukan adikmu. Siapa? Entah. Dia menjelaskan ciri-ciri perempuan itu. Oh. Aku tahu. Aku membeku.

Pagi tadi, aku tersenyum membuka pesan singkat darimu.

"Kapan balik? Aku kangen."

Kangen tadi pagi itu apa? Jurnal kugeletakkan. Aku mau tidur. Sesak.

*****

Pukul 00.04, ponselku menerima pesan.

"Selamat ulang tahun. Semoga makin berkah. Skripsi cepet kelar."

Ucapan pertama di hari spesialku. Dari salah satu sahabat. Bukan dari kamu. Kemudian menyusul pesan-pesan lainnya. Aku bergeming. Kamu tidak lupa kan?

Lewat satu hari. Ah, hari spesial yang tidak spesial. Biasa saja. Sementara kamu seperti lenyap ditelan bumi. Tak ada kabar. Aku tidak berusaha menghubungimu. 

Tapi, tapi, bolehkah aku berharap? Harapan yang tidak muluk. Aku hanya ingin kamu mengucap 3 kata untukku. Selamat ulang tahun. Itu saja cukup. Tidak lebih.

Lewat 3 hari. Pikiranku rusuh. Kamu kemana? Masih tak ada kabar. Aku memastikan kabarmu, bertanya ke salah satu teman dekatmu. Kamu masih menjalani rutinitasmu biasa, katanya. Tanpa perlu memberi kabar ke aku? Peduli apa?

Sore ini, aku balik. Demi memastikan bahwa —kita— masih baik-baik saja.

Aku berjalan tergopoh. Terhenti. Perempuan itu keluar dari pintu gerbang kontrakanmu. Memacu motornya cepat. Balik kanan. Rasanya aku tidak perlu lagi menemuimu. Penjelasan yang cukup. Tunggu. Ini harus selesai.

Malam ini, di beranda kontrakanmu. Kamu bergeming, menatapku seolah meminta maaf. Kita tidak bicara sepatah katapun. 3 hari setelah menahan sesak, air mata memberontak. Buncah. 1 jam dihabiskan oleh tangisanku. Kita masih diam. Sepertinya kita memang tidak perlu bicara lagi.

"Aku pulang." Aku beringsut. Membalikkan badan hendak melangkah. Kamu memelukku dari belakang. 5 menit, kamu tetap tidak bersuara. Kamu melepas pelukan. Aku mulai melangkah.

"Aku ingin sendiri sementara waktu," katamu. Lirih.

Aku terus melangkah. Tanpa perlu lagi menoleh ke arahmu.

*****

Aku memutuskan pulang malam ini juga. Mencegat bis. Memilih tempat duduk favoritku. Kursi nomor dua dari depan. Dekat jendela. Memandang ke luar, gerimis.

15 menit sudah bis melaju meninggalkan halte.

I want you to know,
with everything I won't let this go.
These words are my heart and soul.
I'll hold on to this moment, you know,
as I bleed my heart out to show,
and I won't let go.

Aku menoleh. Pemuda berwajah tirus dengan earphone di kuping, menyetel With Me milik Sum 41 dengan volume kencang, duduk di sebelahku 15 menit lalu. Memecah lamunanku. Aku mengusap sisa air mata. Dia menoleh. Melepas earphone di kuping kirinya. Memberikan sapu tangan. Mengulurkan tangan, menungguku menjabat tangannya. Menyebutkan namanya.



10 Comments

  1. Replies
    1. Kira-kira aja sih. Muehehehe. Tapi keren tulisannya. Ah, soal tulis-menulis situ emang lebih expert.

      Delete
    2. lah perasaan itu reply deh, kenapa jadi komen baru..
      Tapi soal hati--pacar, mantan, dan hal-hal yang belum selesai--situ pasti lebih jago :D

      Delete
    3. Dan hal-hal yg belum selesai? Ini kok kesannya ogut susah move on yakk. :|

      Delete
  2. pengen ngomen tentang cerpen di atas, tapi gak jadi ah. takut ngganggu obrolan kalian :>

    ReplyDelete

Amelia. Powered by Blogger.